BintanPos.Com
Finance

Dolar AS Stabil Jelang Perundingan Dagang AS-China di London

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil terhadap mayoritas mata uang utama pada Senin, 9 Juni 2025.

Pasar mulai merespons dengan hati-hati setelah euforia atas laporan ketenagakerjaan AS yang kuat pekan lalu mulai mereda.

Fokus investor kini tertuju pada perundingan dagang penting antara AS dan China yang digelar di London hari ini.

Menurut laporan Reuters, pertemuan ini berlangsung di tengah kondisi ekonomi yang tidak bersahabat bagi kedua negara.

China tengah bergelut dengan tekanan deflasi, sementara Amerika Serikat menghadapi ketidakpastian perdagangan yang membebani kepercayaan pelaku usaha dan konsumen.

Situasi ini membuat para investor kembali mengevaluasi posisi dolar sebagai aset safe haven.

Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer.

Sementara itu, China akan diwakili oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng. Meski belum diharapkan hasil besar, pertemuan ini dipandang penting untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.

“Kesepakatan untuk terus berdialog lebih baik daripada tidak ada hasil sama sekali. Namun, tanpa terobosan konkret, dampaknya terhadap pasar kemungkinan tetap terbatas,” ujar Charu Chanana, Kepala Strategi Investasi di Saxo Markets.

Pada pekan lalu, data ketenagakerjaan AS memberikan angin segar bagi pasar setelah serangkaian indikator ekonomi menunjukkan perlambatan.

Dolar sempat menguat terhadap sebagian besar mata uang, memangkas pelemahan mingguan. Namun, indeks dolar secara tahunan masih turun lebih dari 8,6% sepanjang 2025.

Di pasar Asia pada Senin pagi:

  • Yen Jepang menguat 0,10% menjadi 144,750 per dolar, didorong data pertumbuhan ekonomi yang menyusut lebih lambat dari perkiraan.
  • Franc Swiss stabil di 0,8221 per dolar.
  • Euro diperdagangkan datar di USD1,1399.
  • Poundsterling berada di USD1,3535.

Sementara itu, indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama tercatat stabil di 99,169.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga tidak banyak berubah setelah melonjak 10 basis poin pada akhir pekan lalu.

Di kawasan Pasifik, dolar Selandia Baru berada di USD0,6020. Dolar Australia menguat tipis 0,1% ke USD0,65 dalam volume perdagangan yang ringan karena libur nasional di Australia.

Fokus utama pasar minggu ini adalah rilis data inflasi AS untuk bulan Mei.

Investor dan pengambil kebijakan The Fed akan mencermati bagaimana dampak kebijakan tarif dan ketegangan dagang terhadap perekonomian.

Meskipun The Fed saat ini berada dalam periode blackout menjelang rapat kebijakan minggu depan, sejumlah pejabat telah mengisyaratkan belum ada urgensi untuk menurunkan suku bunga.

Data ekonomi yang menunjukkan ketahanan akan memperkuat sikap tersebut.

Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin baru akan terjadi pada Oktober, menurut data LSEG.

“Mei menjadi bulan pertama di mana dampak tarif universal 10% dari Presiden Trump terhadap impor non-USMCA mulai terasa. The Fed tampaknya akan menunggu data inflasi beberapa bulan ke depan untuk menilai seberapa berkelanjutannya dampak tarif ini,” jelas analis dari ANZ Bank.

Sementara itu, yuan offshore China diperdagangkan di 7,187 per dolar menjelang publikasi data inflasi dan perdagangan dari Beijing.

— Reuters

Related posts

BTN Optimistis Aset Tembus Rp500 Triliun pada 2025, Didorong Pertumbuhan Kredit dan DPK

admin

Harga Emas Antam Naik Rp1.000, 1 Gram Kembali ke Rp1,333 Juta

admin

Harga Emas Pegadaian 10 Juni 202, Cek Selengkapnya di Sini

admin